Simalungun, RK Konsumsi Gas di Kawasan Ekonomi Eksklusif (KEK) Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera...
Simalungun, RK
Konsumsi Gas di Kawasan Ekonomi Eksklusif (KEK) Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) diproyeksi akan semakin meningkat tajam dalam beberapa tahun ke depan. Prediksi pengelola Industri di Sei Mangkei, konsumsi gas di sana bisa meningkat berkali-kali lipat seiring dengan pertumbuhan operasi yang terjadi.
Sebagai perusahaan pemilik pipa gas yang menyalurkan gas untuk KEK Sei Mangkei, kini fasilitas pipa milik Pertamina Gas (Pertagas) telah terhubung dari Belawan-KIM (Kawasan Industri Medan)-KEK Sei Mangkei, dan telah memiliki Kapasitas pipa yang mencapai 300 MMSCFD.
Didapat informasi dari warga Desa Timbaan, saat ini Pertagas sedang melaksanakan pengerjaan Horizontal Direct Drilling (HDD) pipa 12" River Crossing Bah Tongguran yang berlokasi di Desa Sei mangkei, Kecamatan Bosar Maligas hingga ke Desa Timbaan, kecamatan Huta Bayu Raja, kabupaten Simalungun. Pelaksanaan pemasangan pipa gas di bantaran sungai Bah Tongguran hingga ke desa Timbaan dipercayakan kepada rekanan PT. PGAS Solution.
Disebut - sebut oleh warga tersebut, bahwa pekerjaan HDD pipa 12" River Crossing adalah pengerjaan perbaikan jaringan pipa gas lama untuk diganti dengan pipa gas baru.
Ditemui media ini disalah satu kedai kopi di desa Timbaan, selaku orang yang dipercaya sebagai penanggung jawab dilapangan oleh PT. PGAS Solution, Yudi memberikan penjelasan terkait adanya pengerjaan pemasangan jaringan pipa gas milik Pertagas yang sedang mereka lakoni saat ini, Senin (01/08/2022) sekira pukul 11. 05 Wib.
Dikatakan Yudi, pengerjaan pemasangan pipa gas ditargetkan akan selesai dalam 30 hari sejak dimulai pada tanggal (07/07/2022) lalu. Namun, dikarenakan faktor cuaca yang kurang mendukung menyebabkan penyelesaian pekerjaan akan molor dari waktu yang sudah direncanakan sebelumnya.
" Kayaknya bakal molor dari waktu yang sudah direncanakan sebelumnya. Selain karena cuaca, pasalnya kami juga harus melakukan pemesanan mata Bor yang baru karena mata bor yang ada saat ini tidak sesuai dan tidak bisa dipakai untuk mengebor di tempat ini," sebut Yudi.
Ketika ditanyakan kepada Yudi tentang adanya warga sekitar lokasi yang merasa cemas karena adanya cairan berwarna coklat susu seperti limbah yang keluar dari lubang pengeboran yang dilakukan sebelumnya. Dengan gamblangnya Yudi mengatakan agar warga tidak perlu merasa cemas dan takut dengan cairan itu.
Pria kelahiran pulau Jawa ini dengan tegas mengatakan bahwa cairan warna coklat susu seperti limbah itu adalah lumpur Bentonite. Lumpur Bentonite merupakan cairan yang dihasilkan dari pelaksanaan pengeboran di kedalaman 10 meter dasar sungai.
" Lumpur Bentonite bukanlah limbah kimia dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Bahkan dapat dimanfaatkan menjadi pupuk pada tanaman karena ramah lingkungan," terang Yudi.
Dijelaskan Yudi lagi, selain dapat digunakan untuk pupuk tanaman, lumpur Bentonite Clay juga digunakan sebagai bahan obat penyakit pada manusia. Untuk obat penyakit kulit, kesehatan rambut, Irritable bowel Sindrom/ IBS dan penyakit lainnya, papar Yudi.
" Perbaikan jaringan pipa Pertagas ini akan ditanam di kedalaman 10 meter dibawah dasar sungai, dan sekira 13 meter dari atas permukaan air. Sedangkan dibagian darat pipa gas akan ditanam sedalam 22 meter," ungkap Yudi mengakhiri.
(Andi)
COMMENTS